Pelatih kepala timnas Afrika Selatan, Hugo Broos, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka setelah pernyataannya menuai kecaman luas dan dilabeli bernuansa rasis serta seksis oleh salah satu partai politik di negaranya.

Kontroversi ini mencuat setelah United Democratic Movement (UDM) mendesak Komisi Hak Asasi Manusia Afrika Selatan (SAHRC) untuk melakukan penyelidikan. Desakan tersebut disampaikan melalui siaran radio lokal pada Jumat (12/12).

Awal Mula Kontroversi

Pernyataan Hugo Broos yang memicu polemik diucapkan dalam konferensi pers pada hari yang sama. Saat itu, ia menjelaskan situasi bek Afrika Selatan, Mbekezeli Mbokazi, yang tertinggal pesawat menuju pemusatan latihan tim nasional.

Dalam keterangannya, Broos menggunakan pilihan kata yang kemudian dianggap bermuatan rasis. Ucapan tersebut segera menyebar luas dan memicu reaksi keras dari berbagai pihak.

Permintaan Maaf dari Hugo Broos

Pada Senin (15/12), Broos akhirnya angkat bicara dan menyampaikan permintaan maaf. Ia mengakui bahwa pemilihan kata-katanya tidak tepat dan menimbulkan kesalahpahaman serius.

“Bagian terburuknya adalah keluarga saya. Istri, anak-anak, dan cucu-cucu saya ikut menderita,” ujar Broos, dikutip dari The Athletic pada Rabu.

Pelatih asal Belgia itu menegaskan bahwa dirinya tidak pernah memiliki pandangan rasis. Ia mengingatkan rekam jejak panjangnya bekerja dan hidup bersama orang-orang dari berbagai latar belakang.

“Saya pernah bermain, melatih, dan bekerja dengan orang-orang berkulit berwarna di Nigeria dan Kamerun, dan sekarang sudah empat tahun di Afrika Selatan,” tambahnya.

Tegaskan Bukan Sosok Rasis

Broos menantang siapa pun yang pernah bekerja dengannya untuk menilai karakternya secara jujur. Ia menyadari bahwa dirinya bisa dinilai sebagai pelatih yang keras atau keras kepala, tetapi menolak disebut sebagai rasis.

“Mungkin ada yang bilang saya pelatih buruk, ada juga yang bilang saya pelatih bagus. Tapi tidak ada yang akan mengatakan saya rasis,” tegas Broos.

Penjelasan Soal Mbokazi

Dalam klarifikasinya, Broos menjelaskan bahwa komentarnya muncul karena emosi sesaat. Ia mengaku membiarkan sisi kebapakannya mengambil alih ketika merasa sangat kecewa terhadap Mbokazi.

Bek yang kini membela Chicago Fire itu sebelumnya mendapat kartu merah saat melawan Zimbabwe pada kualifikasi Piala Dunia 2026 bulan Oktober. Keputusan tersebut, menurut Broos, sudah menunjukkan kurangnya kedisiplinan.

Situasi semakin memanas ketika Mbokazi tiba satu hari terlambat di kamp timnas Afrika Selatan jelang persiapan Piala Afrika, turnamen paling bergengsi di benua Afrika.

“Saya sangat marah kepadanya, dan lebih marah lagi ketika ada cerita-cerita aneh yang mencoba membenarkan kesalahan profesional besar itu,” kata Broos.

Pernyataan yang Jadi Sorotan

Ucapan Broos yang memicu tuduhan rasisme berbunyi:
“Saya akan berbicara dengannya setelah latihan. Saya bisa memastikan dia masuk ke ruangan saya sebagai pria kulit hitam, tetapi keluar sebagai pria kulit putih.”

Kalimat tersebut langsung menuai kecaman dan dianggap tidak pantas dalam konteks sosial Afrika Selatan yang memiliki sejarah panjang terkait isu rasial.

Tanggapan Komisi HAM

Sehari setelah kontroversi mencuat, SAHRC memastikan bahwa mereka sedang menilai pengaduan yang masuk. Komisi tersebut juga mengingatkan publik bahwa ujaran kebencian, dalam bentuk apa pun, dilarang oleh hukum.

Kasus ini menjadi perhatian serius mengingat sensitivitas isu rasial di Afrika Selatan.

Fokus ke Piala Afrika

Di tengah polemik ini, timnas Afrika Selatan tetap bersiap menghadapi Piala Afrika. Bafana Bafana dijadwalkan memulai fase grup dengan menghadapi Angola pada Selasa (23/12).

Setelah itu, Afrika Selatan akan melawan Mesir dan Zimbabwe dalam upaya mereka melangkah jauh di turnamen tersebut. Broos berharap kontroversi ini tidak mengganggu fokus tim.

Baca Juga : MU vs Bournemouth: Drama 8 Gol Berakhir Tanpa Pemenang

By admin